Awal Segalanya
Kalau Kamu menanyakan alasanku menulis di blog ini,dan kenapa harus Kamu yang jadi topiknya? maka dengan jujur akan Aku jawab. Aku mengingatmu. Lebih tepatnya mengenangmu.
Aneh ya? Aku tidak akan melarang Kamu kalau-kalau Kamu berfikir aku hanya seseorang yang terobsesi terhadapmu. Terhadap sosok Kamu yang bahkan Aku tidak tahu kabarnya.
Jadi...
Apa kabarmu? Lama tidak jumpa ya?
Aku mengingatmu malam ini. Ya, Kamu harus percaya. Karena dariawal kita bertemu -ralat- Aku melihatmu, Aku tidak pernah mencoba untuk berbohong. Termasuk pada hatiku. Kamu yang sedang tersenyum di ujung lorong bersama teman temanmu, menampilkan cengiran khas yang tak kamu tunjukkan kepada semua orang,berhasil membuatku menaruh perhatian lebih padamu. Aku berani bertaruh, kalau kamu sama sekali tidak menyadari bawa aku memperhatikan setiap gerak gerikmu sejak saat itu. Aku hanya satu dari sekian pengagummu, kan?
Kamu dengan segala tingkah mu,dengan segala kepribadianmu, dengan segala sifatmu yang tak banyak orang ketahui. Dan aku? Masih menatapmu dengan tatapan itu mencoba untuk mengerti semua kelakuanmu.
Jujur, Aku tidak pernah berharap menjadi salah satu bagian dari coretan yang mengisi lembaran harimu. Berbicara secara langsung pun tidak pernah, apalagi berharap menjadi salah satu dari bagian ceritamu.
Tapi inilah hidup, selalu penuh dengan kejadian tak terduga. Hari itu datang, hari dimana Aku melihatmu lebih dekat. Kamu yang duduk di pojok ruangan dengan kertas HVS putih bersih serta crayon di hadapanmu.
Kamu orang yang aku kagumi dariawal menginjakkan kakiku di bangunan ini, yang menjadi autofocus -ku selama kamu disekitarku sekarang ada dalam satu ruangan denganku dan bertatap langsung denganku.
Aku merasa berada pada suatu cerita fiksi dimana Aku hanya orang biasa yang memandangmu dari jauh lalu cling! Kau menatapku juga dengan pandangan yang tak pernah Aku duga sebelumnya.
Takdir selalu punya cara untuk mempertemukan satu orang dengan orang lainnya, bukan? Dan disana lah aku, menghampirimu yang sedang sibuk mengisi HVS mu.
"Gambar apa?"
Hanya itu yang mampu aku ucapkan, sesingkat itu.
Aku harus mengucapkan banyak terimakasih kepada siapapun yang menaruh namaku sebagai panitia di suatu bidang lomba yang ternyata kamu ikuti. Ya, meskipun aku tau itu paksaan dari teman temanmu kan? Sebagai anggota lomba cabutan agar kelasmu ada perwakilan di bidang ini. Aku tau.
Kalau kamu mau tau lagi, Aku tak pernah menyangka beberapa hari setelahnya pesan itu sampai di ponselku. Nomer yang tidak aku kenal.
"Lagi ngapain?"
Aku masih ingat detailnya ketika Aku mengabaikan pesan-pesanmu yang menganggap itu hanya pesan iseng dari teman sekolahku atau pesan nyasar yang tak sengaja sampai ke ponselku. Hingga hari itu temanku menanyakan perihal pesan-pesan itu.
"Ca, gak ada yang sms lu?" tanyanya dengan tampang heran.
"sms apaan?" Tugas waktu itu benar benar cukup untuk membuatku malas melirik ke arahnya dan sibuk dengan buku buku dihadapanku.
"Lagi ngapain atau semacamnya?" Tanyanya kali ini dengan nada hati hati mungkin.
Aku diam, menutup buku ku dan siap siap menyemprotnya dengan berbagai macam makian.Jadi dia yang mengirimiku pesan tanpa mencantumkan pengirimnya?
"Lo kurang kerjaan sms kayak gitu" Sentakku yang sekarang menghadap ke arahnya.
"Bukan gue, ca" Bukannya tenang aku malah makin keki dibuatnya.
"Lo ngapain nyebar nomer gue?" Tatap ku selidik.
"Itu Alif" Jawabnya yang sukses membuatku melongo.
***
"Ini siapa?" Aku menjawab pesan yang berhari hari masuk ke handphone ku.
Tak lama, bunyi pesan masuk terdengar.
"Alif"
Aku bingung, dia yang selama ini hanya kupandangi dari jauh tiba tiba mengirimiku dengan pesan singkat.
Sudah ku katakan, nyatanya hidup penuh dengan kejutan.
***
"Lo mau jadi pacar gue?"
Dammit! Aku memang mengagguminya, tapi tolong deh. Aku juga bukan fans fanatiknya seperti yang lain. 4 hari saling bertukar pesan tanpa bicara secara langsung sedikit pun, harus aku garis bawahi sepertinya SEDIKITPUN. Tiba tiba mengajakku berpacaran seperti dia hendak membeli permen. Yang benar saja?
Aku tau, sangat tau. Aku hanya target kamu kan? dan aku juga tau bahwa kamu berpikir aku akan menerima mu semudah yang lainnya, kan?
Aku bimbang.
"Kasih gue waktu"
Hanya itu jawabannku.
Aku akan merasa bodoh jika menolakmu, dan Aku takut menyesal jika menerima Kamu saat itu juga.
Hingga akhirnya satu minggu kemudian, Kamu menagih jawabanku atas pertanyaanmu waktu itu.
Aku luluh.
Kamu bukan Kamu yang Aku kenal. Dengan segala reputasimu sebagai playboy yang sangat sangat mudah mempermainkan seseorang, rela menunggu jawabanku yang dengan beraninya membuat Kamu menunggu.
"Ya"
Pesan yang aku kirim waktu itu menjadi awal segalanya, awal cerita yang Aku buat dalam duniaku, awal dari satu tahun dua minggu yang sangat sangat berkesan.
Katakan Aku jahat. Aku sempat berfikir untuk mempermainkanmu sebelum Kamu yang mempermainkan Aku. Tapi nyatanya? kita sama sama jatuh.
Jatuh kedalam lubang yang kita buat sendiri, kedalam tempat yang kita buat sendiri tanpa rencana. Tempat yang kita buat tanpa sengaja, dimana kita merasa nyaman didalamnya, tanpa sadar pondasi yang kita buat tidak cukup kuat untuk melindungi kita dari kata pisah.
Jatuh hingga lupa untuk bangkit dari reruntuhan yang kita bangun selama satu tahun belakangan. Mungkin hanya Aku disini yang sulit bangun dari sana, tidak dengan Kamu yang kenyataannya baik baik saja.
Sebaik itukah perasaanmu tanpaku?
***
Setiap pertemuan ada perpisahan bukan?
Aku disini bukan untuk berharap Kamu kembali.
Hanya untuk mengenang awal dari semua cerita kita.
Awal dari perkenalan kita.
Awal dari segalanya.
Aku hanya mengingat...
Tanpa mau melupakan.
Komentar
Posting Komentar